Novak Djokovic boleh-boleh saja menjadi juara
di Wimbledon (2011), AS Terbuka (2011), dan Australia Terbuka (2012)
secara berturut-turut mengalahkan Rafael Nadal yang harus puas
bertengger di posisi kedua selama tiga kali. Namun, di lapangan tanah
liat Roland Garros, Perancis Terbuka, Senin (11/6), Nadal membuktikan
dia adalah rajanya.
Pada pertandingan mendebarkan selama empat
set, dengan dua kali penundaan akibat hujan dan cuaca terlalu gelap,
Nadal mengungguli Djokovic 6-4, 6-3, 2-6, 7-5.
Kemenangan
tersebut menahbiskan Nadal sebagai satu-satunya petenis yang paling
banyak merebut gelar di Roland Garros sejak 1928. Turnamen tenis
Perancis sebenarnya dimulai tahun 1891, tetapi fasilitas Roland Garros
mulai dipakai sejak 1928.
Pencapaian gelar tersebut
melebihi pencapaian Bjorn Borg ”si manusia es”, petenis legendaris asal
Swedia yang hanya mampu meraih enam gelar pada 1974, 1975, 1978, 1979,
1980, dan 1981.
Mulai 11 Juni 2012, buku-buku sejarah yang
mencatat nama Borg harus direvisi untuk digantikan dengan nama Nadal.
Entah kapan sejarah itu akan disamakan atau dilampaui petenis lain.
Besar kemungkinan, sepuluh sampai dua puluh tahun mendatang gelar itu
akan tersimpan rapi di lemari Nadal.
Nadal baru dapat
mengalahkan rekor Borg setelah berlalu selama 31 tahun. ”Ini adalah
sebuah kehormatan dan merupakan pertandingan terpenting serta terbesar
di mata saya,” kata Nadal saat upacara pemenang.
Sebaliknya,
Djokovic harus mengakui catatan sejarahnya masih harus menunggu. Gelar
empat grand slam berturut-turut yang diimpikannya, seperti pencapaian
Rod Laver—petenis Australia tahun 1969—harus dipadamkan sementara.
Istilah grand slam mengacu pada keberhasilan petenis memenangi empat
turnamen akbar (yang dilabeli oleh Federasi Tenis Internasional dengan
grand slam) beruntun dalam semusim.
”Ini momen yang tidak
terlupakan karena banyak luapan emosi. Merupakan kehormatan buat saya
dapat bermain dengan salah satu pemain terbaik dunia. Selamat kepada
Rafa (panggilan akrab Nadal) dan timnya yang telah meraih tambahan
gelar. Dia adalah pemain besar. Saya berharap dapat kembali tahun depan
untuk melakukan yang lebih baik lagi,” kata Djokovic.
Minggu
lalu, pertandingan sempat dihentikan selama dua kali. Saat permainannya
mulai meningkat pada set keempat, Djokovic harus menerima penundaan
akibat cuaca gelap di posisi angka 4-6, 3-6, 6-2, 2-1.
Djokovic kecewa akan situasi itu karena dia merasa dapat memaksakan pertandingan menjadi lima set.
”Kondisi pertandingan kurang baik. Namun, itu bukan alasan mengapa saya kalah,” ujar Djokovic.
Di
balik itu, sejarah juga mencatat final Perancis Terbuka kemarin, untuk
pertama kalinya selama 39 tahun, tidak selesai pada hari Minggu akibat
hujan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !